+62 (0717) 422145
Link Penting UBB

Artikel Feature UBB

Universitas Bangka Belitung's Feature
01 April 2008 | 14:53:06 WIB


REKRUITMENT V


Pengembangan memerlukan dukungan. Kalimat ini mengisyaratkan bahwa untuk maju seseorang atau badan usaha perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebuah perusahaan selain modal untuk kemajuan usaha juga memerlukan dukungan sumber daya manusia yang handal. Inilah yang mendasari UBB membuka lowongan kerja kelima bagi masyarakat yang ada di Kepulauan Bangka Beltung.
Salah satu puncak hajatan penerimaan pegawai baru adalah pelaksanaan Tes Penilaian Akademik (TPA) pada Selasa (4/12) kemarin. TPA adalah tes lanjutan setelah para pelamar dinyatakan lulus adminstrasi. TPA kemarin diperuntukan bagi mereka yang melamar tenaga penunjang di lingkungan kampus dan rektorat. Bertempat di Aula Polman Timah UBB, ratusan orang datang dengan semangat dan hujan harapan diteteskan ke langit dalam gerak bottom up dari mereka. calon pegawai baru UBB.
Tes dibagi dalam dua bagian. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kursi yang tersedia. Bagian pertama, panitia mengadakan tes untuk pelamar tenaga penunjang Polman Timah UBB yang diikuti 103 orang. Sedangkan bagian kedua, TPA untuk tenaga penunjang LPPM yang diikuti 176 pelamar, BAAK (15 orang), BAPSI (20 orang), dan Perpusatakaan yang diikuti sebanyak 5 orang. Materi Tes adalah soal-soal mengenai psikotes. TPA yang diikuti hampir sekitar 350 an tersebut berakhir pada pukul 11.45. Sedangkan pengumuman lolos atau tidaknya mereka ke tahap selanjutnya dijadawalkan hari itu juga pukul. 16.00 WIB. Mereka akan maju ke tes selanjutnya esok hari bila nama mereka tercatat.
Sedangkan TPA untuk tenaga Dosen direncanakan pada tanggal 6 Desember nanti. Ada sekitar 700 an orang yang melamar untuk mengabdi di UBB tahun ini namun yang berhasil lolos tes administrasi berjumlah 581 orang. Jumlah tersebut untuk memperebutkan jatah formasi lowongan sebesar 30 kursi penggabungan lowongan Dosen dan Tenaga Penunjang.
Ada keheningan yang sangat ketika konsentrasi mereka difokuskan pada lembar-lembar pertanyaan. Seolah-olah ini adalah perjuangan hidup mati. Beberapa ada yang cukup santai dan tenang dalam menjawab soal-soal. Mungkin semalam kenyang dengan asupan buku psikotes yang baru dibeli. Beberapa garuk-garuk kepala mungkin pertanda ketidaktahuan. Aula sebesar itu bagaikan saksi bisu perjuangan ratusan pelamar hari itu.
Sampai berita ini dimuat, Rabu (5/12), tahapan tes sedang berlangsung di rektorat yang merupakan tes kemampuan/ skill dan wawancara di sejumlah Biro, UPT dan Lembaga. Tes ini berlaku bagi mereka yang lolos TPA selasa kemarin. Sedangkan tes bahasa Inggris akan dilaksanakan pada hari yang ditentukan oleh unit-unit kerja di lingkungan UBB. Sebagai contoh, BAAK akan mengadakan tes kemampuan bahasa Inggris pada Jum’at (7/12) nanti.
Sejak dibuka pendaftaran 19 November lalu, angka pelamar mencapai 700 pelamar. Satu berbanding 20 orang, sungguh persaingan yang berat dan terjal. Tapi ini tidak melunturkan niat mereka untuk ikut serta.. Mereka yang datang untuk mengikuti tes TPA berasal dari sejumlah tempat di Bangka Belitung. Ada yang berasal dari Belitung Timur, Mentok, Koba, dan Toboali. Keikutsertaan mereka didorong alasan status UBB yang bakal menjadi negeri nantinya.
MAGNET NEGERI
Satu hal yang pasti jumlah pelamar pegawai UBB tahun ini menembus angka yang besar. Motivasi dan niat mereka untuk datang ke UBB bermacam-macam. Sebab agak sulit menebak isi kepala manusia. Namun, sedikit menarik kesimpulan motivasi mereka untuk bergabung ke UBB ada yang di dasari keyakinan bahwa UBB bakal menjadi Negeri. Status PNS lagi-lagi dambaan mereka dan mungkin semua orang. Kata negeri semacam Magnet tersendiri bagi sebagain besar warga Indonesia. Ia ibarat azimat sakti penawar segala kesusahan hidup.
Kalimat diatas provokatif memang. Sebab tidak semua orang berfikiran sepragmatis itu. Ada yang datang dengan niat suci memajukan pendidikan di Bumi Serumpun Sebalai. Niat tulus mereka hendaknya ditampung dalam tempat yang layak. Mereka adalah orang-orang yang berfikiran idealis. Orang- orang seperti inilah yang dibutuhkan oleh UBB ke depan.
Bagi seorang Refi Wiseli, ini adalah keikutsertaannya yang pertama. Menjadi seorang fresh graduate dengan latar belakang pendidikan S1 Teknologi Hasil Perikanan Universitas Sriwijaya (Unsri), Ia menaruh harap ilmu dapat terpakai. Ketika ditanya apakah ada hubungan bidang kerja LPPM dengan ilmu yang didapat, Ia menjawab Ya, tentu saja ada. Menurutnya Teknologi hasil Perikanan hubungannya ke masyarakat dan ini bidang garapan LPPM.
Dara, anak ke empat kelahiran Koba tahun 1984 ini tidak menampik akan harapan menjadi seorang PNS. Ia percaya bahwa UBB bakal menjadi negeri. Salah satu alasannya belum ada Universitas Negeri di Bangka Belitung.
Leny Ravika mungkin termasuk pelamar yang tangguh. Ia sengaja datang jauh-jauh dari Belitung Timur untuk sengaja ikut tes penerimaan tahun ini. Ia adalah lulusan S1 Fisika Universitas Pendidikan Bandung (UPI). Ia melamar sebagai tenaga penunjang untuk LPPM. Sebagai informasi LPPM membuka lowongan untuk segala jurusan. Makanya jumlah peminat untuk lembaga ini lumayan besar. Dia sengaja menginap di Mess Belitung Timur untuk urusan ini.
Ketangguhan Leny, panggilan akrabnya didorong oleh pandangannya tentang kenegerian UBB. Menurutnya, UBB merupakan salah satu universitas yang ada di Bangka Belitung, kehadirannya sebagai universitas pertama merupakan rintisan untuk menjadi negeri. Ia mengungkapkan lebih jauh lagi bahwa kehadiran UBB adalah tepat sebab ini adalah prospek pengembangan SDM. “ Pengembangan (SDM-red) tidak musti di Pulau Jawa,” ungkapnya berapi-api.
Beberapa dari pelamar sebagian besar adalah fresh graduate dari berbagai Perguruan Tinggi yang ada di kota-kota besar. Harapan untuk langsung bekerja sangat besar sebab kata pengangguran semacam momok yang menakutkan di dunia. Sebagian lagi mungkin ada yang telah bekerja. Mulai dari wartawan, sales, kameraman, buruh TI, penjual voucher electric, aktivis LSM, pengajar LPK (Lembaga Pendidikan Kejuruan), Ibu-ibu rumah tangga, bahkan mungkin para opurtunis yang mencari kesempatan dalam kesempitan. Keragaman ini adalah keniscayaan, dan ini berkah sebab latar belakang yang beragam adalah keindahan.
Tino termasuk keniscayaan itu. Nama lengkap Sutiyono asli Toboali. Ia adalah potret pekerja berbagai profesi. Awalnya ia adalah seorang pekerja Lab di sebuah Pabrik di Cilegon Banten. Lalu pulang ke Bangka, mengajar di SMP N.6 Toboali. Kini kesibukannya bertambah, mengajar juga di SMP PGRI. Ia adalah seorang guru. Sebuah profesi yang akhir-akhir ini sangat diminati di Bumi Serumpun Sebalai.
Ia mengungkapkan harapannya akan status UBB yang lagi-lagi Negeri. “ UBB bakal menjadi Negeri, otomatis pegawainya PNS, “ katanya. Sebagai putra daerah ia berkeinginan untuk membangun daerah Bangka Belitung. Lulus sebagai Ahli Madya Teknik Kimia Unsri 2003 lalu, Ia lelah merantau di Negeri orang dan memutuskan come back ke Bangka. Jadilah ia seorang Guru.
Tino menyayangkan lemahnya pemerintah Babel memperhatikan para guru. Topik agak beralih sedikit. “Kenapa rekan-rekannya yang honor ngajar bilangan tahunan tidaklah diangkat oleh Pemerintah, sedangkan orang luar begitu mudahnya masuk dan diangkat,”.
Meski topik agak melenceng. Benang merahnya adalah kesempatan kerja di Bumi Serumpun Sebalai ini tak mencukupi. Persoalan ini adalah masalah nasional yang hingga kini tak terpenuhi. Out put dunia pendidikan atau PT biasanya terlalu besar dibandingkan dengan dunia kerja. Masalah krusialnya adalah penyerapan tenaga kerja yang rendah.
Menggali sisi kemanusiaan seseorang adalah penting. UBB sebagai kampus permbuat peradaban selayaknya lah berpijak pada sisi yang benar agar tidak salah melangkah. Namun yang pasti kehadirannya mulai mampu membangkitkan harapan akan pendidikan berkualitas, serta angan-angan yang coba ditelurkan untuk diretas di kampong-kampung pesisir, pedalaman hutan, dan metropolitan mini. Ia menjadi magnet tersendiri bagi bumi ini. (Iksander)

Feature UBB

Berita UBB

UBB Perspectives